Museum Sangiran Klaster Ngebung - Solo

No comments

Perkembangan Museum Sangiran dapat terlihat dari munculnya beberapa klaster yang letaknya tidak jauh dari museum sangiran di Krikilan yaitu masih pada satu kawasan. Perjalanan yang ditempuh oleh JamahNusantara.com dari solo menuju museum sangiran klaster Ngebung kurang lebih satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Dari jalan raya masuk ke kawasan museum sangiran kurang lebih 20 menit, jika museum sangiran krikilan dari persimpangan turun ke kanan, museum sangiran klaster ngebung lewat jalan naik yang kiri hanya terdapat satu jalan dan melewati pedesaan.

Desa Ngebung dikenal sebagai "bengkel" sangiran Flakes Industry. Didesa ini ditemukan beberapa bukti bahwa manusia Jawa telah mampu membuat alat batu. Temuan alat batu pertama di Ngebung adalah serpih dari bahan Kalsedom dan jasper, yang ditemukan tahun 1934 oleh G.H.R van koenigswald. Berikutnya R.P Soejono menemukan kapak penetak (choper) dalam ekskavasi tahun 1979. Penelitian tahun 1989-1994 oleh Tim Indonesia-Perancis menemukan Kapak Pembelah (Cleaver), Kapak Penetak, batu pukul (percuator), dan bola andesit (stone ball).

Sebagai ladang penelitian manusia purba klaster Ngebung merupakan tempat penemuan fosil binatang, artefak, dan sisa – sisa kehidupan manusia. Klaster Ngebung memiliki nilai sejarah yang signifikan, karena disanalah lokasi pertama kali dilakukan penggalian secara sistematis dengan hasil yang menakjubkan. Penemuan jejak manusia purba berupa mitos yang berkembang dimasyarakat dijelaskan dengan lengkap dan disertai display koleksi temuan-temuan fosil dari klaster Ngebung.

Ada banyak cerita menarik didalam museum dari tiap ruang display. Terdapat tiga ruang display pada museum sangiran klaster ngebung, JamahNusantara.com mulai dengan melangkah pada ruang display pertama namun sebelum itu kami harus mengisi buku tamu yang berisi nama, asal Kota dan keperluan apa mengunjungi museum. Ruang
display pertama menggambarkan bagaimana penemuan penggalian di desa ngebung. Ruang display dua terdapat beberapa lukisan penemu-penemu situs dari manusia purba dan potongan-potongan hasil dari penggalian, kemudian masih di ruang display yang sama dengan suasana yang berbau dengan obat tradisional dan ramuan china yang dahulu digunakan untuk mengobati orang yang sedang sakit. Di ruang ini juga di pamerkan seolah seorang bapak yang sedang sakit dan di buatkan ramuan obat oleh keluarganya.

Setelah mengunjungi display yang kedua JamahNusantara.com melangkah lebih dalam ke ruang display ketiga. Disini dipamerkan sebuah ruang kelas yang berisikan bagaimana sejarah dari desa ngebung sebagai Flakes Industry digambarkan pada simulasi ruang kelas yang lengkap dengan papan tulis dan meja belajar. Di meja terdapat batu dengan lampu untuk memberikan pelajaran jenis batu apa dan memiliki ciri-ciri. Pada ruang display ini juga terdapat kerangka dari Slegodon yaitu gajah raksasa yang masih bisa disusun kerangkanya meskipun ada bagian yang hilang. Juga terdapat beberapa penghargaan dan sertifikat dari penemuan di Sangiran. Ini merupakan akhir dari display namun bukan hanya berhenti disini kami diberi kesempatan lagi untuk menginputkan komentar, saran dan kritik setelah berkeliling pada sebuah layar monitor.

Ada sebuah kutipan yang JamahNusantara.com temukan dari gedung klaster ini, ” Dia Mengambil Tulang Tua, dan Dia Tahu Apa yang Harus Dia Lakukan”. Artinya para penemu ini memang mengambil tulang-tulang purbakala, namun mereka juga mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dengan penemuan tersebut. Ada banyak hal yang bisa dipelajari melalui Museum yang buka dari hari Selasa-Minggu (Jam 08.00-16.00) dan pada hari Jumat istirahat dari 11.30-12.30 ini. Hal yang menarik lagi adalah tidak membayar HTM (Tiket Masuk) hanya dengan membayar parkir Rp.2.000,-

No comments :

Post a Comment